PERTEMUAN YANG MEMISAHKAN DAN MENYATUKAN
Karya: Po Tan
Di stasiun tua itu kita bertemu. Aku sedang duduk menghitung roda kereta sambil mengaduk-aduk tanah, entah apa yang kucari padahal tak ada niat untuk mencari sesuatu. Mungkin inilah yang disebut galau, seperti orang yang warasnya terpeleset sejenak akibat himpitan keinginan tanpa harapan keyakinan. Aku telah menyatu dengan keraguan hampir seumur hidupku.
Lalu kau turun dari kereta itu dengan senyum mengambang, mengambang bebas persis seperti embun pagi yang bertahan di kelopak daun selama mungkin.
Aku terus mengibaskan tanganku, pikirku, pasti kau akan berjalan lewat seperti yang lain, dan senyummu itu untuk yang lain. Dan pastinya, aku takkan terlihat di matamu yang berbintang.
Seperti tersengat listrik, tiba-tiba tubuhku menjerit, tanganmu menepuk pundakku sambil berkata, "sudah saatnya kamu ikhlas, terlalu berat beban yang harus kaupikul sendirian".
Engkau mengulurkan tanganmu. Aku menatapmu tak percaya dan ragu-ragu menyelimutiku setebal mungkin supaya diriku tak terlihat di matamu. Namun hangat senyummu membakar habis dan menguapkannya ke udara. Sekarang aku telanjang di depanmu.
Perlahan-lahan, aku letakkan tanganku di atas telapak tanganmu, dan tanganmu menarikku ke atas dengan kuat. Kini kita berdiri berhadapan dan hidungmu hampir menyentuh hidungku.
Aku memalingkan wajah. Melihat ke kaca jendela yang ada di sampingku. Tubuhku kembali bergetar hebat saat kusadari bahwa bintang di matamu kini telah berpindah ke dalam mataku.
#Batam, Kepulauan Riau
022220