Jumat, 09 November 2018

CINTA DI RUMAH IBADAH

CINTA DI RUMAH IBADAH

Karya: 🐼 Panda Po Tan

Sedang aku berdiri di pinggir jalan, sambil mengamati gedung ibadah yang menjulang tinggi, memandang betapa megahnya rumah ibadah ini penuh cahaya kemewahan yang memancar bak matahari, aku bertanya-tanya apakah ada cinta disana dan apakah makna cinta itu.

Lalu mentari pagi berkata padaku, cinta itu seperti angin badai, ia membelaimu lalu menghempaskanmu hingga berkeping-keping.

Awan pagi menimbrung, bahwa cinta hanya untuk orang-orang yang berbaju bersih, bukan yang berhati bersih. Lihat mereka membeli bunga yang mahal namun memberikan satu sen saja buat pengemis yang mengangkat tangan.

Embun pagi ikut menimpali, cinta hanya untuk orang-orang yang datang dalam cahaya, yang terangnya setara mentari pagi, tiada tempat bagi yang gelap apalagi yang hitam.

Sedang aku memikirkan perkataan-perkataan itu, seekor pipit kecil tiba-tiba hinggap lalu bercuap tentang umat yang berbaju putih namun berhati hitam, dengan bangga mengumumkan besarnya sumbangan yang diberikan, namun sebenarnya berasal dari uang hasil kejahatan. Tentang umat miskin yang dipaksa menyumbangkan persembahan, namun di rumah anaknya menangis karena belum makan. Tentang bapak dan ibu yang memegang tangan anaknya yang sakit tanpa pengobatan sementara sang imam hanya memberikan kata-kata penghiburan sambil menyembunyikan dompetnya.

Belum hilang keterkejutanku saat mawar merah bercerita tentang umat yang masih hidup menderita, sedang  imamnya pergi bertamasya dan meng-upload perjalanannya dengan bangga. Tiada ia mengingat derita umatnya yang harus memeras keringat untuk makan barang sekali dua.

Oh, hatiku semakin hancur tatkala melati putih bercerita tentang satu keluarga yang rumahnya tiada berlampu sedangkan rumah ibadah secerah pelangi, tentang rumah-rumah yang hanya beralas tanah sedangkan gedung ibadah megah dengan batu cadas dan kayu cendana.

Lelah, aku membasuh wajahku sejenak pada sebuah telaga jernih, namun awan putih datang dari selatan dan utara, bercerita tentang satu keluarga yang harus jalan kaki berjam-jam lamanya untuk menuju rumah ibadah, sedang sang imam melewatinya dengan mobil mengkilap seolah tak mau tersentuh debu.

Oh, inikah cinta yang kucari keberadaannya di rumah ibadah,  seperti merak jingga yang ingin menjadi cahaya kecil padahal sayap-sayapnya telah patah. Hatiku semakin miris saat seorang anak yang menangis keras diusir keluar dari rumah ibadah, sedangkan kotbahnya yang lebih keras juga membuat orang-orang menangis mendengar kemunafikannya.

Awan jingga masih berusaha menutup tirai kesatria langit saat anggrek bulan dan kembang sedap malam ikutan bercerita, tentang seorang ibu yang mengadu betapa keras dan mengganggunya suara yang keluar dari speaker rumah ibadah, dan betapa emosinya umat di rumah ibadah itu lalu serentak menghakimi si ibu, kemudian menganiaya dan melempar ibu itu ke penjara.

Cinta di rumah ibadah
Batam, 101118
PuisiMenggugahJiwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERSYUKUR DI AMBANG SENJA

 BERSYUKUR DI AMBANG SENJA Karya: Po Tan / Kakashi DSensei Seberat pelita memendam cahaya Kulipat senja dalam mendung di mata Beringkuk leti...