Senin, 30 Desember 2019

SALAM DARI SEPERTIGA MALAM

SALAM DARI SEPERTIGA MALAM

Karya : PO TAN

Salam dari sepertiga malam
Tempat bermain para petualang
Yang melompat dari satu kata ke lain kata
Dari satu hati hingga ke hati lainnya

Pun bagi para pengendara sepi
Yang berlomba memanjat rembulan
Meski maut telah menghampiri
Tak putus asa menggapai bintang

Sepertiga malam kian berdentang
Alunan musik kian bingar
Kulihat seraut hitam terlempar ke jurang
Karena tak sanggup untuk membayar

Dari kamar sebelah kiri
Sekuntum mawar digerayangi
Madunya dihisap kelopaknya terlepas
Ternoda nista minuman keras

Oh...sepertiga malam kian menggoda
Membawa amuk api di belahan dada
Tak terhitung jumlah korban yang melayang
Tak terkira banyaknya jiwa yang terbuang

#Batam, Kepulauan Riau
121930

Jumat, 25 Oktober 2019

GILA AKU GILA KAU

GILA AKU GILA KAU

Karya : Po Tan

Aku berhenti menyobek waktu selepas senja memainkan elegi di ujung rambutmu
Mata hitam dengan hidung membusung
Bidadari putih berkulit lembut gemulai
Lenggok pinggulmu membunuh itik-itik di sekitar rentang kepakmu
Tak sedikit yang berlari memburu helai-helai bulumu yang terbang tertiup angin
Tak sedikit pula yang tertabrak roda hingga mati seketika
Gila, matanya melotot namun bibirnya tertawa
Gila, cinta memang gila
Tak terhitung pejantan yang kehilangan nyawanya demi rayu pikat yang keluar dari deretan gigi putihmu

Seruput kopi belum lagi habis ketika helai bulu perindu itu jatuh ke atas mejaku, lalu berenang mulus di permukaan kopi hitamku
Jantungku berdegup keras
Haruskah aku membuang bulu itu beserta sisa air kopiku
Akalku bertempur sengit namun hatiku menang
Tak lama leherku telah menyeruput hingga tuntas tak bersisa

Ah, gila, aku benar-benar sudah gila
Telingaku berdenging dan mataku telah buta
Sebab tak kulihat lagi bulu ataupun debu di kopi itu
Hanya ada kau
Rasanya begitu manis semanis bibirmu

#Batam, Kepulauan Riau
#101920

Sabtu, 21 September 2019

SEMBUNYI DI BELANTARA

SEMBUNYI DI BELANTARA

                                                    Karya : Po Tan

Di belantara yang mana
Kita sembunyikan kata
Luka... Siksa... Hina... Pedih... Perih... Sakit... Benci...
Di balik
  Gunung
      Daun
         Bunga
             Angin
                 Awan
                    Api
                          Kabut
                              Asap

Di belantara kata yang mana
Kita sembunyikan rasa
Suka... Sayang... Cemburu... Cinta... Genit... Goda... Rindu...
Di sebalik
    Kau
       Dia
          Mereka
             Aku

Aku awan, katamu    
Tapi awan rindu

Dia kabut,  kata mereka
Tapi kabut luka

Dan kau
Kataku
Adalah bunga
Tapi bunga api

Indah
Tapi menghanguskan

                            #Batam, Kepulauan Riau
                             091922

Senin, 16 September 2019

SEMILIR RINDU KELUARGA AWAN

SEMILIR RINDU KELUARGA AWAN

Karya : Kakashi DSensei

Matahari baru saja beranjak
Ketika aku menghentikan langkah
Di bawah pohon, di tepi hutan
Padang rumput yang hijau dan Savana
Membuatku sejenak terkesima
Akan indahnya alam semesta

Kicauan burung, geliat dedaunan
Desah nafas hewan dan deru angin
Mengantarkan petualang ke dunia impian
Aku telah menemukannya
Sebuah tempat yang disebut perguruan awan
Yang istananya adalah kedamaian
Dan cahayanya adalah puji-pujian

Disana tidak dibolehkan ejek mengejek
Apalagi sampai menghina
Seburuk apapun sebuah karya
Adalah langkah kecil dalam belajar

Aku pernah mendengar petuah
Belajar dari kesalahan
Seperti anak kecil yang jatuh saat belajar jalan
Berikan ia semangat
Agar ia semakin rajin belajar

Dua netraku tak jemu memandang
Beraneka ragam hal yang memukau
Saat awan mendung berubah hitam
Dan embun mulai menaburkan pelangi
Di hamparan melati putih dan bunga lily
Jiwaku terpikat pada auman singa dan kicau pipit kecil
Yang memanggil topan dari istana sang bayu
Untuk sejenak membaca aksara magra
Di gemericik telaga jernih
Yang berselimutkan kesucian teratai
Dan memantulkan cahaya kecil dari lentera biru
Menghirup aroma pandan wangi
Melihat kutu daun yang berloncatan di kelopak anggrek bulan
Dimana awan jingga sedang mencandai turangga seta
Menaburkan rindu di kulit bunga sedap malam

Kini kedua netraku menutup
Berharap ini tiada berakhir
Memimpikan sekuntum edelweis di tepi jurang
Untuk mendatangkan keabadian

#Batam, 091619

Sabtu, 07 September 2019

LAYANG-LAYANG PUTUS DI TALI KEANGKUHAN


LAYANG-LAYANG PUTUS DI TALI KEANGKUHAN

Karya: Po Tan

Sekedar melihat layang-layang di angkasa
Yang begitu menawan dari masa ke masa
Sekelebat teringat apa yang kaulakukan saat
Segala mata memandangmu dari jarak dekat

Sedang engkau, hanya melenggak pergi
Memastikan setiap mata jadi ragu dan iri
Tentang keanggunan ataukah keangkuhan
Yang kelak akan menjadi sebuah penyesalan

Terlalu banyak masa terbuang sia-sia
Hanya untuk mencari apa atau siapa
Sehingga terlupa bahwa waktu telah melangkah
Menertawakanmu yang terluka perasaan gundah

Layang-layang putus tersangkut tali kesunyian
Menangisi sepi yang terpaut syair kepedihan
Begitu jua berulang dari hari ke hari
Hingga tiba waktunya untuk berhenti

Batam, 081921

TAK SEDETIKPUN MELUPAKANMU

TAK SEDETIKPUN MELUPAKANMU

Karya : Po Tan

Aku akan menjalani sisa-sisa waktu
Yang terjatuh dari serpihan detik-detik cahaya
Di balik tangkai-tangkai daun cemara malam ini

Engkau tahu,
Sejak dirimu tiada
Segala jejakmu kini merupa sajak
Yang meledak-ledak di dalam nadi dan darah

Jariku telah bersumpah
Untuk menulis roman di wajah tanah
Dan memahatnya di kulit pohon-pohon jati
Tentang seratus tahun cintaku padamu
Yang akan terus bertambah hingga seratus tahun lagi

Dan kelak,
Bila malam dan kabut mulai bercerita tentangmu
Aku akan menembangkan puisi rindu
Yang dulu pernah kita nyanyikan bersama
Dan menitipkannya pada angin
Agar engkau selalu tahu
Bahwa aku
Tak sedetikpun melupakanmu

#Batam, Kepulauan Riau
070919

Selasa, 13 Agustus 2019

DAN KATAKANLAH RINDU

DAN KATAKANLAH RINDU

Karya:  Po Tan

Dan katakanlah rindu pada sepi
Untuk hiruk pikuk kakimu di dasar pagi
Sebelum Adistia mengisi separuh belangamu
Dengan tangisan dan tetesan peluh

Dan katakanlah rindu pada api
Yang membakar segala sakit hati
Saat ragamu hanyalah lakon dalam cerita wayang
Tentang kisah asmara Rahwana yang terlarang

Dan katakanlah rindu pada airmata
Yang meskipun menyakitkan sejak awalnya
Telah menyelamatkanmu dari racun Durgaloka
Menuju kemegahan cahaya Hastinapura

#Batam, Kepulauan Riau
050819

Kamus:
Adistia : matahari
Rahwana : raksasa
Durgaloka : neraka
Hastinapura : kerajaan megah dalam wayang

Sabtu, 29 Juni 2019

MAZHAB DUKA SI DEWI GANGGA


MAZHAB DUKA SI DEWI GANGGA

Karya : #Panda Po Tan

Duhai, Dewi Gangga mengurung diri
Seluruh wajahnya ia tutupi
Seiring paras cantik yang muram
Mayapada pun terikut suram

Gunung berapi berhenti mengepul
Angin dan badai diam berkumpul
Seluruh hewan takut bersuara
Juga tanaman turut berduka

Tentang halnya galau sang Dewi
Karena terganggu Raden Sewanggi
Sang Satria terlalu mencinta
Namun sang Dewi tiada suka

Akan sifat buruk sang Raden
Kesana kemari petantang petenteng
Diumbarnya ke semua lawan
Bahwa sang Dewi miliknya seorang

Sang Dewi murung menutup hawa
Bersumpah untuk pergi bertapa
Tiada seorang mampu menggoda
Hingga hayat menutup mata

#Batam, Kepulauan Riau
081928
#BumiBerpantunLangitBerpuisi
#PengelanaSenduDariTanahMelayu





Kamis, 20 Juni 2019

SAYATAN RINDU DI HARI KEENAM KEPERGIANMU

SAYATAN RINDU DI HARI KEENAM KEPERGIANMU

Karya : Panda Po Tan

 

Ini hari yang keenam
Sejak mentari tenggelam
Di lubuk hatimu yang terdalam

Dan aku masih juga duduk disini
Menunggu dalam pelukan sang sepi
Dengan kebodohan yang paling hakiki
Percaya suatu hari kau akan kembali
Kita menangis bersama dan tertawa sesekali

 

Ini hari yang keenam
Sejak siluet tubuhmu tenggelam
Di antara buih gelombang yang menghitam

Dan aku masih juga menebar jala
Menghitung setiap ikan-ikan yang ada
Memeriksa dengan teliti dan seksama
Berharap kali-kali ragamu ada di sana
Seperti bidadari dalam dongeng Danau Toba

 

Ini hari yang keenam
Sejak cahaya di mataku padam
Dalam siksaan racun cinta dan dendam

Dan aku masih juga diam membisu
Mencoba menggerakkan jari-jari yang kaku
Menulisi malam dengan syair penyayat rindu
Dalam siraman hujan gerimis di penggalan waktu
Yang airnya kini mengalir deras dari sudut mataku

 

Batam, 22 Juni 2019

Minggu, 16 Juni 2019

RAHASIA SURGA

RAHASIA SURGA

(Sebuah Cerpen)

* Part 1 – Jalan Ke Surga *

“Sudah Kakashi,  kasih saja.”, batinku. Tanpa berpikir dua kali tanganku segera membuka caping yang kukenakan. Kukeluarkan uang seratus ribu terakhir yang kumiliki dari lipatan kecil yang ada di dalam caping ini. Lalu kuletakkan ke dalam telapak tangan seorang tua yang sedang menengadahkan tangannya. “Ini kek, ambillah. Hanya ini yang aku punya.”, kataku sambil tersenyum. Kakek tua itu juga tersenyum senang. Sambil membungkukkan punggungnya beberapa kali, ia mengucapkan terima kasih berulang kali sebelum akhirnya berlalu. Aku hanya menghela nafas syukur, sebab masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menolong orang yang membutuhkan. Bukankah Tuhan selalu mengajarkan agar kita selalu membantu orang yang sedang kesusahan semampu kita?

Akupun segera mengayunkan kaki untuk pulang ke rumah. Rumahku sebuah gubuk kecil di tepi hutan. Bungkusan yang kubawa kuletakkan hati-hati ke atas meja dapur. Yah, meja kayu sederhana ini berfungsi sebagai meja dapur, dan meja tamu, atau apa saja yang diperlukan untuk meletakkan barang. Kukeluarkan hati-hati isi di dalam bungkusan plastik. Garam, minyak goreng, minyak tanah, korek api, kopi dan gula. Lima puluh ribu harganya semua.

Jarak dari rumah ke warung terdekat lumayan jauh. Sekitar tiga kilometer jaraknya.
Tak terasa hari sudah mulai gelap. Segera kunyalakan obor bambu berisi minyak tanah yang terletak di tengah ruangan. Tak lupa aku memeriksa apakah minyak tanahnya masih banyak atau tinggal sedikit. Sambil memandang ke langit penuh bintang, aku bernyanyi perlahan. Sebuah nyanyian syukur kepada Tuhan karena telah memberikan kehidupan dan kenikmatan yang tiada taranya. Sungguh, hidup di tepi hutan yang asri, sejuk, hening, hanya berteman suara jangkrik dan burung malam, bagiku sudah merupakan sebuah surga kecil di dalam dunia.

** Part 2 - Keindahan Fajar  **

Fajar masih menguap di atas daun-daun dan pepohonan ketika sang Mentari masih menggeliat  malas untuk membuka matanya. Dalam suasana pagi yang remang-remang itu,  aku terbangun setelah kokok ayam menitipkan suaranya ke telingaku. “Aduh, keras sekali suaramu.”, teriakku kepada si Jago, ayam jantan kesayanganku. Si Jago tambah senang mendengar pujianku. Suaranya semakin keras membangunkan hewan-hewan lain di sekitar gubuk.

  Setelah memasak air dan membuat kopi, aku segera pergi ke halaman belakang untuk mandi. Aku masuk ke dalam sebuah bilik yang terbuat dari kayu dan daun-daun, di dalamnya ada sebuah sumur kecil yang airnya tak pernah kering meski di musim kemarau. Sumur kecil itu tidak terlalu lebar juga tidak dalam. Lebarnya hanya sekira satu dua ember saja. Cukuplah untuk memasukkan timba ke dalamnya untuk mengambil air secara leluasa. Guyuran air yang dingin hampir sedingin es membuat tulang-tulangku bergetar seakan ingin meloncat keluar dari tubuhku. “Sabar-sabar, jangan loncat dulu.”, kataku kepada tulang-tulangku. “Aku belum mati nih, nanti kalau aku sudah mati, kalian boleh pergi kemana kalian suka.”, bujukku kepada tulang-tulangku yang masih bergetaran.

Setelah berpakaian dan menyeruput kopi hitam yang sekarang sudah sedikit dingin, aku melangkahkan kaki menuju persawahan. Persawahan penduduk desa adalah kumpulan sawah-sawah yang letaknya berdekatan, sengaja dipilih warga desa karena tempatnya yang subur. Sedangkan rumah-rumah penduduk biasanya agak jauh dari persawahan, berada di daerah yang kurang subur, dan biasanya dikelilingi kebun dan pekarangan. Konon katanya, orangtuaku mewariskan sebidang sawah dan sebidang kebun beserta gubuk kecil yang letaknya agak jauh dari sawah.

*** Part 3 - Sebuah Keajaiban ***

Aku melangkahkan kaki menuju persawahan sambil bersiul-siul, mencoba mengalahkan kicauan burung-burung kecil di atas pohon. Melewati beberapa kebun dan rumah milik warga, memutari sekumpulan pohon bambu dan melewati beberapa parit kecil, sampailah aku ke pinggir persawahan. Siulanku terhenti. Mataku tertarik pada kumpulan warga yang sedang berkerumun.

“Eh, sedang apa mereka itu? Sepertinya ada kejadian.”, batinku. Tak lama aku telah sampai ke kerumunan warga. “Ada apa pak Har?”, tanyaku. Pak Hary adalah lurah desa kami. Orangnya sudah separuh baya. Wajahnya tampak berkerut seperti sedang memikirkan hal yang berat. “Oh, dek Kaka, kamu baru datang ya? Pasti kamu akan terkejut seperti kami.”, jawabnya. “Lihat, seluruh tanaman padi kita dirusak hama. Padahal tinggal sehari lagi kita panen. Gagal dah panen kita tahun ini.”, lanjutnya.

“Astaga!”, jawabku. Mataku memandang sekeliling dan mendapati bahwa seluruh padi dipenuhi oleh belalang. Entah berapa juta belalang yang menyerbu persawahan kami. Hampir seluruh daun, biji, dan batang padi dihinggapi oleh hama belalang. Kuayunkan kakiku melangkah menuju sawah milikku. Sawahku berada di bagian ujung  persawahan ini. “Ah.. pasti padiku sudah habis dimakan hama.”, gumamku pada diriku sendiri.

Kakiku melangkah perlahan di atas pematang. Melewati sawah pak Tarjo, hancur sudah sawah bapak itu. Penuh dengan belalang. Kulewati lagi sawah Bu Niar, sama juga. Penuh dengan belalang. Melewati sekitar sepuluh sawah di depan, akhirnya sampailah aku ke sawahku tercinta. Seketika aku tersungkur. Seluruh tulang-tulang di tubuhku serasa copot lunglai tanpa tenaga.

Dengan lutut mencium tanah pematang, aku memandang berkali-kali seakan-akan tak percaya. Seluruh padi di sawahku tidak dihinggapi oleh belalang satupun. Kupandang sekeliling, sekira empat petak sawah  milik penduduk di samping sawahku juga belum dihinggapi belalang.  Sembari menengadahkan wajah ke langit, aku mengucap syukur tak henti-hentinya kepada Tuhan. Dan batinku mengingatkan kembali ke kilas peristiwa semalam, saat aku memberikan uang terakhirku kepada seorang tua yang kelaparan. “Ah… Tuhan.. Engkau sungguh tak terkira. KekuasaanMu tak tertandingi.”, gumamku. “Aku hanya memberikanMu uang seratus ribu, Engkau malah melindungi sawahku yang harganya melebihi seratus ribu.”, kataku sambil bersembah syukur ke langit.

Hari itu hanya aku dan empat penduduk desa yang berhasil panen. Semua penduduk yang gagal panen karena hama mengucapkan selamat kepada kami. Mereka juga membantu kami memanen padi yang tersisa. Tak lupa kami membagikan sebagian hasil panen kami untuk mereka, dan sebagian lagi kami bawa pulang.

**** TAMAT ****
 

Karya: #Panda Po Tan

#Batam, Kepulauan Riau
#061619

Senin, 10 Juni 2019

DUA KUNCUP YANG BERDARAH

DUA KUNCUP YANG BERDARAH

Karya: Panda Po Tan

Teman, apakah kau tahu rasanya
Ketika selendang cinta menjerat jiwa
Di sepertiga malam yang kelam
Saat hening menyekap keramaian

Seganas singa yang sedang mengintai
Nanar matanya dengan surai terurai
Menunggu fajar menikam korban
Dan melemparnya ke pemakaman

Di sana aku berdiri terhenyak
Mematut diri di cermin retak
Dua kuncup keluar dari bayang-bayang
Selaras jiwaku yang terbang melayang

Dua kuncup hati yang begitu kudamba
Di tangkainya tumbuh sekuntum bunga
Yang membuat semua kumbang terlena
Sehabis mabuk madu lalu mati seketika

Teman, tahukah engkau betapa sakitnya
Melihat dua kuncup yang begitu dipuja
Tiba-tiba layu dan jatuh di tanah
Dalam genangan malam yang berdarah

#Batam, Kepulauan Riau
#061019

Kamis, 09 Mei 2019

CINTA LIAR KUPU-KUPU

CINTA LIAR KUPU-KUPU

Karya : #Panda Po Tan

Kupu-kupu liarku
Kauterbang kesana kemari
Gegap
Mencintai sesuka hati
Hinggap
Menginjak angkuh semua bunga
Hingga kering layu sempurna

Kupu-kupu liarku
Kaudatang tak tentu hari
Menyombongkan indah warnamu
Kepada langit dan bumi
Lalu berdiri anggun
Bertahta di atas dedaun

Tidurmu diselimuti cat warna-warni
Menciprati seluruh dinding imaji
Kuas-kuas bergerak sendiri
Menggoreskan coretan puisi
Curahan hati putri drupadi
Menanti seorang satria sejati

Aku terombang-ambing
Di kedalaman malam yang hening
Selalu gebu merindu hadirmu
Meski selalu sakit saat pergimu

Kupu-kupu liarku
Kau

#Batam, Kepulauan Riau
#050819

Selasa, 30 April 2019

TERINDAH SEPANJANG WAKTU

TERINDAH SEPANJANG WAKTU


Karya : Panda Po Tan


Saat-saat bersamamu

Waktu seakan terhenti

Oh..ingin rasanya hari

Tak lekas berlalu


Semua gambar dan suara

Langit dan bumi berubah

Menjadi cerita

Nan ceria


Bilakah ini semua berakhir

Lepaskan diri dari kepedihan

Yang membelenggu

Dan menusuk hatimu


Jadikan diriku kenangan yang terbaik

Yang indah dalam hidupmu

Sepanjang waktu


Yakinlah diriku kan slalu menyayangi

Dan mencintai dirimu

Sepanjang waktu



#Batam, Kepulauan Riau

010519

Sabtu, 20 April 2019

JAWABAN RAJA ATAS TANTANGAN RATU

JAWABAN RAJA ATAS TANTANGAN RATU


Karya: Panda Po Tan


Sebelum ratu mulai menjamu 

Kuajukan satu tanya untukmu

Apakah nanti ruang makammu

Lebih luas dari makamku

Atau kita sama saja

Satu kali dua

Dengan seratus harga sewa


Ah... Aku hampir saja terlupa

Jika kau ratu dan aku raja

Hanyalah batu tak bermata

Selepas prahara di langit senja



#Batam, Kepulauan Riau

041921

Jumat, 22 Februari 2019

MELATI DARI INDRAGIRI

MELATI DARI INDRAGIRI

Karya : Panda Po Tan

Melati dari Indragiri
Wajah nan ayu riang menawan hati
Netramu yang bening menghalau sepi
Lentik gemulai bak sang bidadari

Kuingin menatap lagi
Kelopak perdu indahmu hai dewi
Candamu yang renyah menguak pagi
Badai tergantikan indah pelangi

Melatiku tlah mekar kini
Jiwa menembang berhitung hari
Menantikan cerah mentari
Biaskan sinar ke relung sang melati

Kuingin menatap lagi
Jernih telaga netramu yang suci
Kalbupun tersentuh sebuah janji
Selepas waktu diri kan kembali

#Batam, Kepulauan Riau
021923

SELIMUT RINDU


#puitig

Dan kupinta malam menyelimutimu
Dengan cahaya bintang-bintang rindu
Yang keluar dari sudut-sudut netraku

K

#Batam, 020419

SILUET RINDU


#Puitig

Aku melukis siluet kerinduan
Dari cahaya-cahaya pengharapan
Di atas bukit-bukit keraguan

K

#Batam, 021920

Jumat, 01 Februari 2019

BAYANGAN PAHIT TETESAN RINDU


#puitig

Dan malam ini kembali membayang
Meneteskan bulir-bulir rindu dari keheningan
Pada seuntai senyum kepahitan

K

#Batam, 020219,

BERSYUKUR DI AMBANG SENJA

 BERSYUKUR DI AMBANG SENJA Karya: Po Tan / Kakashi DSensei Seberat pelita memendam cahaya Kulipat senja dalam mendung di mata Beringkuk leti...