Kamis, 01 Oktober 2020

DERITAMU MAHKOTAMU

 DERITAMU MAHKOTAMU


Karya : Po Tan


Ra, 

Untuk apa sesal pralagi kausekap

Takkan menghasilkan apa-apa selain ratap

Bangun dan ikutilah semilir pagi

Nikmatilah merdunya kicauan sriti



Ra, 

Usah lagi kausimpan riak dalam netra

Takkan hasilkan apa-apa selain luka

Ingatlah setiap mala slalu bermakna 

Gela-gela rancari malih danuraja



Ra, 

Apruwa anggok bedaya wuli

Udana udasina rumaos wanadri

Priki rumaos tirta wasundari

Duhkitawara malih pudyastuti



#Batam, Kepulauan Riau

011020



Kamus:

pralagi: masa lalu

sriti: burung sriti

netra: mata

Gela-gela rancari : kecewa, sakit hati, sedih

malih : menjadi

danuraja: mahkota raja

Apruwa: ayo mari

Anggok : lihat pandangi

Bedaya Uli : tarian padi

Udana udasina : tarik nafas bebas nafsu duniawi

rumaos : nikmati

wanadri : kesejukan hutan

Priki : disini

tirta wasundari : air bumi yang jernih

Duhkitawara : syair kepedihan

Pudyastuti : puji-pujian


Selasa, 25 Februari 2020

PERTEMUAN YANG MEMISAHKAN DAN MENYATUKAN

PERTEMUAN YANG MEMISAHKAN DAN MENYATUKAN

Karya: Po Tan

Di stasiun tua itu kita bertemu. Aku sedang duduk menghitung roda kereta sambil mengaduk-aduk tanah, entah apa yang kucari padahal tak ada niat untuk mencari sesuatu. Mungkin inilah yang disebut galau, seperti orang yang warasnya terpeleset sejenak akibat himpitan keinginan tanpa harapan keyakinan. Aku telah menyatu dengan keraguan hampir seumur hidupku.

Lalu kau turun dari kereta itu dengan senyum mengambang, mengambang bebas persis seperti embun pagi yang bertahan di kelopak daun selama mungkin.

Aku terus mengibaskan tanganku, pikirku, pasti kau akan berjalan lewat seperti yang lain, dan senyummu itu untuk yang lain. Dan pastinya, aku takkan terlihat di matamu yang berbintang.

Seperti tersengat listrik, tiba-tiba tubuhku menjerit, tanganmu menepuk pundakku sambil berkata, "sudah saatnya kamu ikhlas, terlalu berat beban yang harus kaupikul sendirian".

Engkau mengulurkan tanganmu. Aku menatapmu tak percaya dan ragu-ragu menyelimutiku setebal mungkin supaya diriku tak terlihat di matamu. Namun hangat senyummu membakar habis dan menguapkannya ke udara. Sekarang aku telanjang di depanmu.

Perlahan-lahan, aku letakkan tanganku di atas telapak tanganmu, dan tanganmu menarikku ke atas dengan kuat. Kini kita berdiri berhadapan dan hidungmu hampir menyentuh hidungku.
Aku memalingkan wajah. Melihat ke kaca jendela yang ada di sampingku. Tubuhku kembali bergetar hebat saat kusadari bahwa bintang di matamu kini telah berpindah ke dalam mataku.

#Batam, Kepulauan Riau
022220

Jumat, 21 Februari 2020

PAHITNYA JATUH CINTA PADAMU

PAHITNYA JATUH CINTA PADAMU

Karya: Po Tan

Aku memanggilmu, puan
Wajah merah berkilau pualam
Dengan mata berkalung mawar
Pesonamu anggun menyebar

Aku memujamu, puan
Kulit mulus sebening kaca
Menyeret pria ke lumpur dosa
Sebagai penghibur sekejap saja

Aku menantimu, puan
Saat senja menculik awan
Dan kita terbang ke atas malam
Hanya kau dan aku tanpa penghalang

Jangan ragukan ketulusanku, puan
Sebab semua telah kukorbankan
Termasuk keinginan untuk memilikimu
Hanya untuk memeluk pahit hariku

#Batam, Kepulauan Riau
022020

Sabtu, 15 Februari 2020

KEJUJURAN YANG TERSIA-SIAKAN

KEJUJURAN YANG TERSIA-SIAKAN

Karya: Po Tan

Kau bertanya padaku apakah aku mencintaimu
Kurasakan petir seketika menyambar istanaku
Tembok-tembokku runtuh pecah berkeping
Dan panas mentari membakarku hingga kering

Kukuatkan hati untuk menatap ke dalam netramu
Adalah lebih baik bagiku untuk melepas kejujuran
Yang membuatmu menangis tersedu-sedu
Daripada mengisi palungmu dengan kebohongan

Kutak keluhkan cermin jiwamu yang telah retak
Juga takkan menjejalimu dengan kata-kata bijak
Bahwa persahabatan yang tertinggi adalah bersama
Saling berbagi segalanya untuk selamanya

Kutak dapat menumbuhkan sayapmu lebih cepat
Juga tak akan menahan langkahmu dengan perekat
Sebab cinta tak datang saat diminta
Dan tak akan pergi jua saat terluka

Aku ingin memelukmu hingga berhenti nafas ini
Aku ingin terus bersamamu sampai akhir nanti
Tak hendak melepaskan kepedulianku
Meski kepedihan berganti menusukiku

Aku selalu bermimpi untuk menemanimu
Setiap kali jemari-jemari kita bersatu
Kau tak selalu memilih peran antagonis
Lebih sering tersenyum daripada menangis

Setiap malam aku merindukan nafasmu
Yang mengalir dari ujung-ujung daun
Dan menitik ke atas batu-batu
Menghancurkan egoku tanpa ampun

Kadang aku merasa hanya biasa-biasa saja
Saat kita berbicara tentang romansa
Namun setelah dirimu berjalan pergi
Anak-anak rindu menikam bagai duri

Aku merasa sangat kehilangan
Dan ketakutanku mulai menggerogoti
Menarikku ke jurang kegelapan
Yang dalamnya tak terselami

Aku ingin terus bermimpi tentang kita
Dan mendekap bayangmu untuk selamanya
Sampai gemuruh di dada ini berhenti
Sampai ketakutan ini tak berdetak lagi

#Batam, Kepulauan Riau
#020720

Selasa, 21 Januari 2020

CAHAYA MARTIR DI WAJAH PUTRA SANG IBU

CAHAYA MARTIR DI WAJAH PUTRA SANG IBU

Karya : Kakashi DSensei (Po Tan)

Pemberani
Begitulah ia disebut
Martir
Begitulah ia dipanggil

Ia seorang prajurit
Tanpa pangkat apa-apa
Ia diletakkan di barisan paling depan
Tanpa bekal apa-apa
Selain perintah dan pemahaman
Bahwa melalui dirinya
Negara bisa diselamatkan

Ia bahkan berasal dari keluarga miskin
Yang hampir tidak bisa makan apa-apa
Ia bahkan lupa kepada ibunya
Sebab ia tak pernah pulang
Untuk selama-lamanya
Siapa yang dapat memberikannya nafas buatan
Ia kehilangan nafasnya di medan pertempuran

Ia menembakkan peluru-peluru tajam
Dengan teriakan keras
Namun ia menemui maut
Tanpa berkata apa-apa
Darahnya membasahi kertas putih
Yang ditulis oleh para politisi
Darahnya menyuburkan tanah
Yang gersang oleh nafsu tuan tanah

Seisi dunia tercekam
Saat peti jenazahnya datang
Langit ikut menangis pedih
Saat ibunya membelai kepala putranya dengan airmata
Ia yang tak punya apa-apa
Kembali kehilangan satu-satunya harapan
Tak ada yang dapat menghapus airmatanya
Atau menghentikan raungannya

Martir itu
Anakku

Batam, Kepulauan Riau

012220

BERSYUKUR DI AMBANG SENJA

 BERSYUKUR DI AMBANG SENJA Karya: Po Tan / Kakashi DSensei Seberat pelita memendam cahaya Kulipat senja dalam mendung di mata Beringkuk leti...